Tari Saman merupakan tarian Gayo, Aceh, yang mulai dikembangkan pada abad ke-14 oleh seorang ulama besar bernama Sheikh Saman. Tarian ini awalnya hanyalah permainan rakyat Pok bernama Ane. budaya Islam yang masuk ke Gayo berakulturasi pada waktu itu dengan permainan Pok Ane, sehingga nyanyian permainan Pok Ane iringan, awalnya hanya pelengkap, berubah menjadi sebuah lagu yang penuh makna dan memuji Allah. budaya Islam juga mengubah beberapa gerakan di saman tari mulai dari Pat dan perubahan tempat duduk.
Tari saman Aceh di masa depan hanya akan ditampilkan pada acara tersebut perayaan Maulid Nabi Muhammad di masjid atau surau-surau di wilayah dalam perkembangannya, tapi Gayo ia juga kemudian bermain di acara-acara publik seperti pesta ulang tahun, pernikahan, bayi yang baru lahir, dan acara lainnya sampai sekarang.
Tari Saman termasuk tari Melayu. Berasal dari wilayah Aceh Tenggara, tepatnya di Dataran Tinggi Gayo. Nama "Saman" yang diambil dari nama pencipta dan pengembang dari tari Saman dari Sheikh Saman. Dia adalah salah satu ulama yang menyebarkan agama Islam di Aceh. Itu sebabnya puisi atau lagu yang digunakan dalam bahasa Arab adalah tari saman dan Aceh. Lirik biasanya digunakan di saman tari berisi pesan propaganda, sindiran, saran Anda, dan asmara Anda.
Tari Saman diduga berasal dari tarian Melayu kuno karena saman tari menggunakan dua gerakan yang umum digunakan dalam tari Melayu kuno: tepuk tangan dan Pat dada. Menurut cerita, Sheikh Saman menyebarkan Islam saat mempelajari tarian Melayu kuno. Sehingga dakwahnya mudah, Sheikh Saman menggunakan ayat-ayat Dakwah dengan gerakan tari. Sampai saat ini, tarian alam saman agama masih digunakan sebagai sarana penyampaian propagasi pesan.
Tari Saman, pertama kali ditampilkan dalam ritual tertentu. Salah satunya adalah upacara memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad. Sekarang tari, saman, juga ditampilkan dalam acara-acara resmi Negara seperti kunjungan tamu negara atau dalam pembukaan festival dan acara lainnya.
Selama pendudukan Belanda, pertunjukan tari saman dilarang karena katanya mengandung unsur sihir yang bisa menyesatkan. Namun, larangan ini diabaikan oleh masyarakat Aceh. Tari saman terus berkembang pesat sampai sekarang. Selain itu, tari saman tidak hanya dilakukan di NAD, tetapi juga di kota-kota lain di Indonesia. Tari saman, bahkan sampai ke negara-negara tetangga dan Eropa.